Laman

Rabu, 23 Maret 2011

KANG IBING BIOGRAFI....

Tulisan mengenai Kang Ibing dengan berat hati dimulai dengan kabar meninggalnya beliau, Kang Ibing meninggal dunia pada 19 Agustus 2010 di Rumah Sakit Islam Bandung. “Bapak memang punya penyakit jantung, namun saat jatuh mungkin karena kelelahan. Ia baru pulang dari Sumedang,” ujar Dikdik Kusumadika, anak sulung Kang Ibing. Pria yang lahir di Sumedang pada 20 Juni 1946 itu, dikenal sebagai sosok yang jenius. Tak hanya dikenal sebagai pelawak, tapi juga  pembawa acara andal, bintang film dan pendakwah.
Bersama Aom Kusman, Suryana Fatah, Wawa Sofyan, dan Ujang,  Kang Ibing, mendirikan  kelompok lawak D’Kabayan. Masing-masing memiliki keunikannya  sendiri di mana para anggotanya mewakili sosok etnis tertentu. Suryana Fatah, misalnya dikenal sebagai Koh Holiang, Wawa Sofyan sebagai Mas Sastro. Sementara Kusmayatna mengambarkan sosok legenda Sunda Kang Maman alias Ibing.
Sosoknya begitu gampang dikenali. Kang Ibing kerap tampil lengkap dengan sarung tersampir di pundak dan peci yang menjadi ciri khasnya.
Sukses di dunia lawak, ia juga beberapa kali ikut terlibat dalam  berbagai film seperti  Si Kabayan (1975) Ateng The Godfather (1976) Bang Kojak (1977) Si Kabayan dan Gadis Kota (1989) Boss Carmad (1990), Komar Si Glen Kemon  Mudik (1990), Warisan Terlarang (1990), Di Sana Senang Di Sini Senang (1990).
Di luar kesibukannya di dunia hibiuran, ia juga dikenal sebagai pendakwah yang kerap memberikan  ceramah ke sjumlah tempat termasuk pelosok-pelosok daerah.
Si Kabayan adalah Tokoh Legendaris Cerita Rakyat Pasundan yang terkenal lugu tetapi cerdik. Cerita Rakyat Pasundan yang diangkat ke layar lebar dengan berbagai versi ini untuk pertama kalinya diperankan oleh Kang Ibing yang punya nama lengkap Rd. Aang Kusmayatna Kusumadinata ini.
Pria yang beristerikan Ny. Nieke ini telah dikarunia 3 (tiga) orang anak masing-masing Kusmadika, Kusmandana dan Diane.
Kariernya di dunia seni berjalan mulus. Kang Ibing sendiri tidak pernah mimpi untuk jadi orang terkenal apalagi bintang film.
Kariernya dimulai ketika menjadi Pembawa Acara Obrolan Rineh dalam arti santai secara kocak dan sarat kritik di Radio Mara Bandung. Gaya bicaranya yang berintonasi khas Sunda melekat dalam Profil Kang Ibing yang merupakan nama bekennya. Nama asli yang konon masih teureuh menak Sunda yakni Rd. Aang Kusmayatna Kusumadinata seperti hilang diganti Kang Ibing yang identik dengan sosok Si Kabayan yang lugu tetapi cerdik.
Ketika masih duduk di Fakultas Sastera Unpad Jurusan Sastra Rusia, Kang Ibing pernah menjabat sebagai Ketua Kesenian Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS), Penasihat Departemen Kesenian Unpad dan pernah juga menjadi Asisten Dosen di Fakultas Sastera Unpad.
Pada tahun 1970 bersama-sama dengan Aom Kusman dan Suryana Fatah membentuk Group Lawak De Kabayan. Pada tahun 1975 untuk pertama kalinya main film Si Kabayan arahan Sutradara Tutty Suprapto. Pilihan Tuty jatuh ke Ibing konon tertarik saat mendengarkan gaya humornya di Radio Mara tersebut.
Selain main film, Ibing juga sudah memerankan Bintang Iklan dari beberapa produk. Saat ini Kang Ibing lebih dikenal sebagai dai yang lumayan padat juga jadwalnya.
Putera pasangan Rd. Suyatna Kusumahdinata dan Rd. Kusdiyah ini juga pernah menjadi Direktur salah satu bioskop di Kota Bandung.
Senang Memelihara Domba
Tempat tinggalnya di Kompleks Pandan Wangi Ciwastra Bandung dilengkapi dengan Kandang Domba. Karena memelihara domba adalah salah satu kegemarannya. Untuk hobinya yang satu ini kang Ibing tidak segan-segan mengambil rumput sendiri di pematang sawah yang mengelilingi sekitar Komplek Perumahannya.
Untuk mencari rumahnya tidaklah sulit. Tukang Becak yang mangkal di sekitar Komplek Perumahan tempat tinggalnya apabila ditanya, akan menunjukkan bahwa rumah Kang Ibing itu di depan rumahnya ada kandang domba.
Mengenai kegiatannya sebagai “dai” yang jadwalnya cukup padat untuk memberikan siraman rohani baik di mesjid yang ada di lingkungan pedesaan, kota, perkantoran maupun kampus di wilayah Indonesia sampai ke Timor-Timur bahkan ke Australia. Tema dakwahnya mudah dicerna, karena menyangkut masalah-masalah keseharian serta dibawakan dengan gaya humor yang segar.
Ketika ditanya mengenai kariernya yang beragam serta berhasilnya didalam menyelesaikan Sekolah, Kang Ibing menyatakan bahwa semua itu tidak lepas dari doa yang tulus dari kedua orang tuanya. Ungkapan “Indung Tunggul Rahayu, Bapa Tangkal Darajat” senantiasa melekat di hatinya. Dan itu dijadikan pedoman hidup keluarganya serta tidak segan-segan memasang semboyan itu di ruangan tengah keluarganya.
Generasi muda Sunda sekarang menurut Kang Ibing, pada umumnya sudah kurang mengenal jati diri Ki Sunda. Basa teh Ciciren Bangsa dalam arti Bahasa itu menunjukkan Bangsa. Refleksinya terlihat dari banyaknya anak muda Tatar Sunda dewasa ini yang malu berbahasa Sunda. Hal ini disebabkan tidak adanya infilterisaasi budaya luar yang masuk, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran nilai tersebut.
Pendapatnya mengenai manusia Sunda yang ” Nyunda” adalah yang mengetahui sekaligus menghargai Kebudayaan Sunda serta “Sarakannana” dalam arti tempatnya.. Sehingga tumbuh rasa kasundaan bagi orang Sunda.
Demikian biografi Kang Ibing yang lekat dengan sosok Tokoh Legendaris Cerita Rakyat Pasundan Si Kabayan yang lugu tetapi cerdik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar